Teori-teori komunikasi yang pernah kita pelajari sebenarnya bersifat praktek, karena padasarnya teori-teori tersebut merupakan sebuah respon terhadap bentuk komunikasi yang sering kita jumpai dan kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengetahui teori apa yang seharusnya kita pakai dan masuk dalam ranah pembahasan apa, maka sebaiknya kita terlebih dahulu mengenal pengelompokan teori-teori komunikasi berdasarkan bidang kajiannya. Ada tujuh tradisi, dalam pembagiannya Craig, yang merupakan bidang kajian komunikasi yaitu seperti yang disebutkan di bawah ini:
1. Tradisi Retorika (rhetorical tradition)
Tradisi ini secara garis besar mengganggap komunikasi merupakan sebuah seni yang bersifat praktis. Sebagai seorang komunikator, produser media, ataupun penulis memerlukan suatu strategi yang digunakan untuk mendesain sebuah pesan yang akan kita sampaikan yang bertujuan untuk menarik perhatian audiens (komunikan) atau untuk mengendalikan audiens.
Logika dan daya emosional sangat diperhatikan di sini sehingga kata-kata yang disampaikan mempunyai kekuatan (powerfull) dan informasi yang disampaikan dapat dipahami dengan baik sehingga orang yang mendengarkan (komunikan) dapat dikontrol. Akan tetapi dalam tradisi ini mempunyai pertentangan yang menyatakan bahwa: “kata-kata bukan sebuah tindakan”, “sesuatu yang diperlihatkan bukan merupakan sebuah realita”, “gaya bukan sebuah yang pokok (substansial)”, dan “opini bukan merupakan suatu kebenaran”.
Logika dan daya emosional sangat diperhatikan di sini sehingga kata-kata yang disampaikan mempunyai kekuatan (powerfull) dan informasi yang disampaikan dapat dipahami dengan baik sehingga orang yang mendengarkan (komunikan) dapat dikontrol. Akan tetapi dalam tradisi ini mempunyai pertentangan yang menyatakan bahwa: “kata-kata bukan sebuah tindakan”, “sesuatu yang diperlihatkan bukan merupakan sebuah realita”, “gaya bukan sebuah yang pokok (substansial)”, dan “opini bukan merupakan suatu kebenaran”.
2. Tradisi Semiotik (semiotic tradition)
Secara garis besar, tradisi ini berfokus pada tanda dan simbol dimana komunikasi merupakan sebuah jembatan antara dunia individu dan makna yang tersembunyi pada tanda yang dapat atau tidak kita pahami. Dengan kata lain, permasalahan yang dihadapi oleh tradisi ini adalah permasalahan kesalapahaman (missunderstanding) dan peresponan yang salah.
Kekuatan dari semiotik terdapat pada ide mengenai kebutuhan akan sebuah bahasa yang sama yang dapat mengidentifikasikan sebuah subjektifitas dan sebagai penyelesaisan rintangan dari pemahaman seseorang. Teori ini sering bertentangan dengan teori-teori yang menyatakan bahwa: “kata mempunyai makna yang benar”, “tanda merupakan pejelasan mengenai objek”, dan “bahasa merupakan sesuatu yang netral”.
Kekuatan dari semiotik terdapat pada ide mengenai kebutuhan akan sebuah bahasa yang sama yang dapat mengidentifikasikan sebuah subjektifitas dan sebagai penyelesaisan rintangan dari pemahaman seseorang. Teori ini sering bertentangan dengan teori-teori yang menyatakan bahwa: “kata mempunyai makna yang benar”, “tanda merupakan pejelasan mengenai objek”, dan “bahasa merupakan sesuatu yang netral”.
Tradisi ini berkonsentrasi pada pengalaman seseorang termasuk pengalaman individu dengan individu yang lain. Komunikasi dipandang sebagai sebuah bentuk berbaginya pengalaman seseorang melalui bahasa. Dalam tradisi ini, hubungan seseorang dianggap menjadi sangat penting yang berguna untuk merespon masalah yang berhubungan dengan “terkikisnya” hubungan yang kuat.
Pendekatan tradisi ini menekankan pada intraksi manusia, penghormatan, pemahaman mengenai perbedaan dan latarbelakang yang sama. Teori ini menolak wacana yang menyatakan bahwa: “komunikasi merupakan suatu keahlian (skill) belaka”, kata dan sesuatu (things) merupakan bentuk yang terpisah” atau “nilai terpisah dari sebuah fakta”.
Pendekatan tradisi ini menekankan pada intraksi manusia, penghormatan, pemahaman mengenai perbedaan dan latarbelakang yang sama. Teori ini menolak wacana yang menyatakan bahwa: “komunikasi merupakan suatu keahlian (skill) belaka”, kata dan sesuatu (things) merupakan bentuk yang terpisah” atau “nilai terpisah dari sebuah fakta”.
Komunikasi, dalam tradisi ini, dilihat sebagai pemprosesan informasi yang memfokuskan masalahnya pada gangguan (noise) dan sistem. Teori cybernetik telihat menarik ketika membahas mengenai pikiran dan otak, rasionalitas dan meningkatnya sistem menjadi yang lebih kompleks.
Dalam tradisi ini, memberikan perhatian mengenai perbedaan antara mesin dan manusia atau pada hubungan sebab akibat yang bersifat linear. Intinya, teori ini membahas bagaimana suatu informasi dapat mengalir dan berjalan dengan baik.
Dalam tradisi ini, memberikan perhatian mengenai perbedaan antara mesin dan manusia atau pada hubungan sebab akibat yang bersifat linear. Intinya, teori ini membahas bagaimana suatu informasi dapat mengalir dan berjalan dengan baik.
Tradisi ini mengkonsentrasikan pada aspek-aspek komunikasi yang bersifat ekspresi, interaksi, dan pengaruh. Tradisi ini sangat penting ketika kita mempelajari suatu kondisi dimana seseorang dianggap penting, keputusan dibiaskan oleh kepercayaan (beliefs) dan perasaan (feelings) dan seseorang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap yang lainnya.
Tradisi ini menentang pernyataan yang mengatakan bahwa: “manusia merupakan makhluk rational”, “seorang individu mengetahui apa yang dipikirkannnya”, dan “persepsi mengarahkan kita untuk melihat yang nyata”.
Tradisi ini menentang pernyataan yang mengatakan bahwa: “manusia merupakan makhluk rational”, “seorang individu mengetahui apa yang dipikirkannnya”, dan “persepsi mengarahkan kita untuk melihat yang nyata”.
Dalam tradisi teori ini, secara umum menganggap komunikasi merupakan produksi atau reproduksi dari sebuah masyarakat dan budaya serta komunikasi dilihat sebagai perekat hubungan yang ada dimasyarakat. Masalah yang biasa menjadi perhatian seperti konflik, perebutan sesuatu, dan kegagalan sebuah kordinasi. Teori ini mendasarkan kebanyakan kepada tema-tema seperti masyarakat, struktur, ritual, peraturan, dan budaya.
Teori dalam tradisi ini bersebrangan dengan argumen yang menyatakan: “berlakunya kekuasaan individu”, “ke-aku-an”, dan “perpecahan interaksi manusia dari struktur masyarakat”.
Teori dalam tradisi ini bersebrangan dengan argumen yang menyatakan: “berlakunya kekuasaan individu”, “ke-aku-an”, dan “perpecahan interaksi manusia dari struktur masyarakat”.
Secara umum, tradisi ini melihat komunikasi merupakan sebuah wacana dimana segala sesuatunya dapat dipertanyakan. Dengan kata lain, komunikasi dilihat sebagai bentuk dari rancangan sosial yang dibuat oleh kekuasaan dan penindasan. Tradisi ini mendekatkan pada permasalahan pengabdian diri pada sebuah kekuasaan, nilai kebebasan dan kesetaraan dan kepentingan untuk selalu mendiskusikan suatu informasi.
Dari ketujuh tradisi ini, kita bisa melihat bagaimana cakupan kajian yang bisa diamati dalam bidang komunikasi sehingga dapat memudahkan kita dalam menditeksi dan mengkaji lebih dalam mengenai permasalahan komunikasi. Tujuan dari semua ini merupakan terjalinya suatu komunikasi yang tidak saja efektif melainkan juga komunikasi yang mempunyai nilai budaya dalam kehidupan sehari-hari.
Dari ketujuh tradisi ini, kita bisa melihat bagaimana cakupan kajian yang bisa diamati dalam bidang komunikasi sehingga dapat memudahkan kita dalam menditeksi dan mengkaji lebih dalam mengenai permasalahan komunikasi. Tujuan dari semua ini merupakan terjalinya suatu komunikasi yang tidak saja efektif melainkan juga komunikasi yang mempunyai nilai budaya dalam kehidupan sehari-hari.
Minggu pagi, 02.18 WIB
Jakarta, 28 November 2010
Ahmad Rosihan
Jakarta, 28 November 2010
Ahmad Rosihan
-Craig. R. T. (1999). Communication Theory as a field.
-Stephen W. Littlejohn/Karen A. Foss, “Thories Of Human Communication”, Seventh Edition.
7 komentar:
28 November 2010 pukul 09.17
wahh baru baca nih article.. tapi ada pertanyaan nih.. kalo tradisi komunikasi yang asli dari indonesia... tuh yang no berapa bang..? hehehe secara indonesia kayana agak kurang dalam berkomunikasi... apalagi maslah gaji ma keuangan negara.. haha "SOK TAU mode:ON
28 November 2010 pukul 19.01
wah pertanyaan yang bagus ni....
ok, sebenernya permasalahan komunikasi di Indonesia bisa masuk di tradisi mana saja, tinggal letak permasalahannya dimana,
sesungguhnya pembagian tradisi ini tidak lebih untuk mempermudah kita untuk mengelompokkan permaslahan yang kita hadapi, sehingga kita dapat dengan mudah untuk menemukan teori mana dan metode bagaimana yang harus kita pakai untuk menyelesaikan masalah kita.
sekali lagi saya katakan bahwa tradisi ini dikelompokkan oleh Craig, dengan melihat bahwa banyaknya permasalahn komunikasi, sehingga dipermudah dengan mengelompokannya dengan membuat semacam tradisi. ok,,,
semoga tidak puas dengan jawaban ku,, biar tambah belajar lagi....hehehehehe
9 Desember 2010 pukul 23.47
ini akbar hheheheh ouu gitu ya mas... hahah kayana yang baca nih blog aku duank abang dah.. hahaha parah dah
12 Desember 2010 pukul 18.38
gak,apa-apa...
namanya usaha,
yang penting admin nya jangan pernah bosen aja, hahaha
ajakin terus bar, biar yang lain ikut ambil bagian
amien...
15 Desember 2010 pukul 03.18
menurud aan komunikasi indonesia bs masuk dimana saja benar thu sy s7...
tp sy mu nambahin saja, komunikasi
tentu tidak hanya masuk kedalam 7kelompok teradisinya saja bar !, tetapi, bs masuk kedalam beberapa sistem.
cx : _sistem hukum indonesia
_sistem politik indonesia
_sistem budaya indonesia dan masi banyak yg lainnya, nni menurud pendangan sy bar, (tau slh tau bnr yg pentink mengeluarkan suara,:))
sehingga komunikasi kita akan memiliki sebuah bang'unan sistem dalam berkomunikasi yg seragam dan akan menjadi ciri serta karakter bangsa indonesia yg kt cintai....heheh
semoga ini bermanfaat ya, bwt nambah2 pengetahuan !
bar,wlaupun blog km jrg da yg buka tapi jgn cemen gt dunk :( tetep maju jja , itunk2 tambah wawasan....
15 Desember 2010 pukul 03.37
bar ko' ku tulis comn diats gk da namanya ya,,,
aan ada..?
ku buat blognya tp slh aja,,ysudahlah
:(
15 Desember 2010 pukul 03.39
bar ko' ku tulis comn diats gk da namanya ya,,,
aan ada..?
ku buat blognya tp slh aja,,ysudahlah
:(
A'ing..
Posting Komentar